Sabtu, 16 Juli 2016

Pantang Menyerah

Tidak ada alasan untuk tidak melangkah maju!

Kita tidak harus melewati apapun melainkan diri kita sendiri di tiap harinya.

Bukan karena kita tidak mampu. Tapi karena kita menyerah dan menyatakan bahwa kita lemah.

Ingatlah, Tuhan tidak akan memberikan ujian melainkan di bawah kemampuan hamba-Nya.

Taruhlah diri kita dalam keadaan yang paling sulit. Karena disanalah kemampuan kita juga akan semakin besar.

Indramayu, 16/3/2015.

Pantang Menyerah

Dear, Me...

Tags
Entah mengapa baru kali ini aku merasakan
Jarak dan waktu bukanlah halangan

Perasaan yang timbul dari lubuk hati

Murni,
Dalam, dan
Sungguh...

Cinta yang tak mengenal balasan, baik maupun buruk
Kini hadir dalam sangkar sanubari

Akankah terbang dan jauh hilang
Atau mungkin menetap dan terus tinggal
Akankah hanya kini dan sesaat
Atau mungkin mampu untuk songsong masa yang lain

Bahkan aku pun tak mengerti...

Ya Tuhan, tunjukilah aku jalan yang lurus
Jalan yang engkau beri nikmat, bukan yang dimurkai, bukan pula yang sesat
Aamiin...

Sukabumi, 2012.

Puisiku

Bersyukur...

Tags
Mengapa harus ada keluh, kufur, dan iri?

Cukup itu karena kita meluaskan hati, bukan karena diperbudak sifat dengki.

Bahkan ketika rasa manis itu berubah menjadi pahit, Bersyukurlah!

Bersyukurlah karena kita masih dapat mengecap nikmatnya pahit itu sendiri!

Al-Zaytun, 30/5/2015.

Bersyukurlah...

Selalu Ada Harapan

Tak ada alasan kehilangan asa untuk dimaafkan.

Ketika seorang keturunan Adam berputus asa karena gunungan dosa yang telah menimpanya, saat itulah ia menyerah, pasrah, membiarkan hatinya teriris bersama tangis yang memilukan.

Semuanya habis, takkan pernah dosa terampuni, musnah sudah harapan, bahkan datang bisikan ke dalam hati mengatakan, "Mati dan mempersiapkan diri disiksa Zabaniyah adalah lebih baik dari pada berlama hidup dan mengumpulkan pundi dosa."

Namun percalah, selalu ada harapan bahkan ketika semuanya lenyap.

Tarik nafas dalam-dalam, tenangkan hati dan fikiran, lalu dengarkanlah Tuhanmu berfirman:

Katakanlah (Muhammad): "Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa seluruhnya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Az-Zumar 39 : 53)

Alhamdulillah ... Al-Zaytun, 9/4/2015.

Silakan dishare ... Semoga bermanfaat. :)

Selalu Ada Harapan

Menangis Bukan Berarti Lemah

Fitrah manusia adalah menangis.

Rasulullah saw menangis karena tahu ada sebagian hamba-Nya yang nanti akan menjadi penghuni neraka. Bayi menangis saat ia dilahirkan dan itulah pertanda bahwa ia dalam kondisi yang sehat. Dan orang yang bertaubat menangis saat ia mengingat kembali dosa-dosa yang pernah dilakukannya.

Menangis itu normal.

Menangislah ketika keadaan memaksamu untuk menangis.
Menangislah terhadap dosa-dosa yang telah engkau lakukan.
Menangislah jika itu yang kau butuhkan.
Menangislah jika itu menjadikanmu lebih kuat.

Karena menangis itu wajar ... Air mata adalah karunia.

Tapi janganlah kau terlena. jadikan tangisan itu sebagai cambuk untuk bergerak lebih cepat, lebih giat, bangkit, dan jadilah yang lebih hebat.

Karena...

Usai rasulullah saw menangis, beliau menjadi lebih giat dalam berdakwah.
Usai seorang hamba menangis, dia menjadi lebih berhati-hati terhadap dosa.
Usai seorang yang sakit menangis, dia menjadi lebih peduli terhadap tubuhnya.

Menangislah jika kamu perlu. Nikmati ia beberapa saat. Lalu usap air matamu, dan yakinlah Tuhan Menginginkanmu agar menjadi pribadi yang lebih kuat. Allah selalu bersamamu bahkan di saat kamu sendiri. Pertolongan Allah itu dekat. Berdoalah dan imbangi ia dengan perbuatan baik. Ingat satu kata yang kau butuhkan setelah tangisan itu ... Bangkit! Bangkit! bangkit!

Indramayu, Februari 2016.

Boleh dishare... ^_^

Menangis Bukan Berarti Lemah

Jumat, 15 Juli 2016

Hockey Itu Bukan Olahraga

"Mas, olahraganya apa?"

"Apa aja bisa. Sepak bola, volley, basket, renang, futsal, badminton, dll."

"Lho, mas kan anak hockey, latihan hockey, dan ngelatih hockey. Kok hockey nggak disebut?"

"Memang, bagiku hockey itu bukan olahraga."

"Maksudnya mas?"

"Hockey itu lebih dari olahraga. Tahun 2005 saya kenalan sama dia. Saya pernah ngerasain seneng, sedih, kocak, terharu, dll bersama dia, pokoknya semuanya deh. Manis asem pahit asin. Sampe gurih pedasnya pernah saya rasain.

"Udah lama saya bareng dia. Setengah dari umur saya ditemani oleh dia. Dan setelah saya resapi, bagi saya; dia itu dah jadi sesuatu yang lebih dari sekedar sahabat, dia sudah menjadi keluarga.

"Saya sakit, kalo dia sakit. Saya marah, kalo dia diganggu. Dan saya akan perbaiki, kalo dia ada kesalahan.

"Pokoknya sesuatu deh. Biar kamu gampang paham n ngerti, simpelnya hockey itu bukan soal fisik dan lari-lari, tapi soal perasaan dan hati.

"Jadi, andai kata ditanya sama orang, "Hockey itu olahraga bukan?"

Pasti, dengan yakin akan saya jawab...

"Bukan! Hockey sudah lebih dari itu. Hockey itu keluarga. Dan bagi saya terutama, hockey sudah menjadi separuh jiwa. Hockey itu untuk selamanya. Dia adalah kenangan dan masa depan. Tidak bisa dilupakan, dan tidak bisa ditinggalkan..."

Al-Zaytun, 14/3/2016.

Hockey itu keluarga. Dan bagi saya terutama, hockey sudah menjadi separuh jiwa. Hockey itu untuk selamanya. Dia adalah kenangan dan masa depan. Tidak bisa dilupakan, dan tidak bisa ditinggalkan...

Boleh dishare... ^_^

Olahraga Hockey

Minggu, 03 Juli 2016

Masjid Kubah Mas

Setelah melewati gerbangnya, kita akan melihat bangunan besar berdiri kokoh di tengah rumput-rumput yang indah. Terpampang di sana, pemandangan menakjubkan tanda kebesaran suatu agama.

Masuk ke dalam, kita dapat menikmati kemegahan desain bangunan itu. Dibangun dengan niat yang tulus dan ikhlas sehingga menghasilkan bentuk cantik yang berkualitas.

Terdengar suara merdu seorang Qori membaca Al-Qur'an. Aku gemetaran. Batinku seperti di serbu banyak-banyak penyesalan. Dosa-dosa yang lalu baru kuingat. Seperti lubang besar dengan hitam yang pekat.

Beruntung, aku masih diizinkan shalat dan bertaubat. Di masjid inilah kulaksanakan shalat jum'at.

Sobat, masjid adalah salah satu indikator kebersaran Islam. Berkunjunglah ke masjid-masjid besar dengan tujuan agar iman meningkat. Dan sebelum mengunjungi masjid-masjid luar negeri, berkunjunglah ke masjid besar di tanah air ini.

Masjid Kubah Mas, 5/2/2016.

Yang mau share, boleh... :)

Di Masjid Kubah Emas

Lakukan Dengan Hati

Setiap orang pasti sudah tahu, atau paling tidak sudah mendengar kata “hati”. Ya. Hati bisa kita maknai sebagai seonggok daging yang melekat dalam tubuh manusia yang memiliki peran sebagai “penawar” atau “pembersih” terhadap racun-racun yang ada dalam tubuh kita. Kotoran dan sampah-sampah yang merusak indahnya sistem pencernaan dalam tubuh dapat kita bersihkan dengan hati.

Tetapi di lain sisi, hati juga dapat kita terjemahkan sebagai satu sisi dari naluri kita, rasa, atau fikiran yang sifatnya baik dan berfungsi sebagai pembersih dari pikiran-pikiran kita yang bersifat kotor, yang membersihkan tidak hanya fikiran kotor seseorang, mungkin juga orang lain yang mengenal hatinya.

"Hati mengalahkan segala keburukan. Ia adalah telaga bagi tanah yang gersang. Ia mengalahkan rasa takut, ragu-ragu, dan rasa benci. Ia adalah hijauan bagi sebuah kehidupan"

Berbicara tentang hati, aku memiliki sedikit cerita tentangnya. Kisah ini kualami ketika aku masih kecil. Saat itu aku dan keluarga tinggal mengontrak di daerah Jakarta Timur. Rumah kami terletak tepat di tengah-tengah dari barisan rumah kontrakan kecil di sana. Saat itu kira-kira tahun 2001, dan usiaku sekitar 6 tahun.

Kira-kira matahari tepat berada di atas kepala kita. Saat itu aku merasa suhu Jakarta begitu panas. Oleh karena itu aku pergi ke teras rumah berharap ada angin sepoi-sepoi datang menghilangkan suntukku akan cuaca siang itu. Aku duduk di atas tembok yang dibangun dengan tinggi seukuruan pinggang orang dewasa. Aku melihat kondisi sekitar yang saat itu cukup sepi. Tentu saja, di depan kontrakan ini hanyalah sebuah tembok besar tua yang sudah digandrungi banyak lumut. Hm, tapi aku cukup bahagia saat itu, kau tau kenapa? Tak menunggu begitu lama, semilir kecil angin yang kuharapkan datang meniup dan menyejukkan suasana siang itu.

Di tengah keasyikanku menikmati lembutnya hembusan angin, aku dikejutkan oleh suatu hal. Tiba-tiba terdengar ramai suara anak-anak dari jauh namun semakin mendekat. Kepalaku yang sebelumnya nikmat menyandar ke dinding pun reflek berubah haluan menengok ke daerah dari mana suara itu berasal.

Mataku terarah pada seseorang yang kini muncul perlahan dari depan rumah kontrakan yang paling ujung. Rambutnya gimbal seperti tidak keramas lama sekali. Wajahnya kotor tak terurus. Dan pakaiannya kumal tanpa penjelasan. Satu yang unik darinya adalah dipundaknya terdapat sebuah selendang merah yang menggendong suatu benda. Dan benda itu seperti bantal kapuk kecil. Ia menggendong bantal itu persis seperti ibu-ibu menggendong bayi dengan selendangnya. Dari melihatnya beberapa saat, aku langsung dapat mengenalnya. Maksudku, aku tahu siapa dia. Ia adalah seorang perempuan yang memiliki keterbelakangan mental —saat itu kami biasa menyebutnya “orang gila”— yang ada di daerah kami. Menyedihkan. Entah apa yang sedang terjadi. Ia berteriak histeris sambil tangannya bergerak-gerak seperti mengusir dan menolak sesuatu.

“Tuk...” Suatu benda keras telah menimpanya. Aku lihat benda itu kemudian terjatuh ke tanah. Ternyata sebuah batu kecil.

“Tuk...” Lagi-lagi lemparan batu kecil itu mengenai tubuhnya.

Perlahan kuketahui apa yang membuat ia histeris berteriak. Segerombolan anak-anak kecil sedikit demi sedikit menyusul dari depan rumah kontrakan yang paling ujung. Mereka membawa batu kecil yang kemudian dilemparkannya kepada wanita tersebut. Jika batu-batu ditangannya habis, mereka akan memungutnya dari tanah kemudian melemparkannya lagi kepada wanita itu. Mereka sama sekali tak merasa bersalah. Bahkan tertawa gembira sambil terus melakukan hal tak terpuji tersebut.

Aku merasa sedih dan iba. Tapi aku tak berani mengusir gerombolan anak itu. Mereka lebih besar dariku. Aku masih duduk di bangku kelas satu dan mentalku masih ciut. Aku hanya bisa melihat wanita malang itu berteriak dan menderita karena dilempari batu-batu oleh segerombolan anak nakal. Mereka terus melemparinya dengan batu. Bahkan salah satu dari mereka ada yang memukul dan mendorong-dorong kepalanya.

Wanita malang itu berjalan mundur dengan perlahan. Anak-anak itu seperti menggiringnya. Dan kini, ia tepat berada di depan rumahku. Saat itu aku berharap agar anak-anak itu menggiringnya sampai ujung kontrakan dan menghilang begitu saja agar aku bisa kembali menikmati angin dan keadaan kembali tenang.

Tetapi malah wanita itu duduk. Ia duduk tepat berada di depan rumahku. Aku menjadi semakin bingung harus berbuat apa. Ia duduk tertunduk sambil tangannya menutupi kepalanya, mencoba berlindung dari kerikil-kerikil yang diluncurkan oleh anak-anak itu. Gerombolan nakal itu masih melemparinya dengan batu. Ia tersiksa, dan anak-anak kecil itu tertawa. Sedangkan aku terdiam.

Ibuku keluar karena mendengar sedikit keramaian terjadi di depan rumahnya. Ia melihat kejadian itu—gerombolan anak nakal menyakiti wanita gila yang tengah duduk pasrah persis berada di depan rumah. Maka ibu langsung mengusir gerombolan anak pengganggu tersebut. Dan anak-anak itu akhirnya pergi. Akhirnya ... Aku tersenyum lega.

Tetapi kini aku melihat sebuah pemandangan pilu; seorang wanita yang memiliki keterbelakangan mental, kumuh, dan menyedihkan, duduk menangis di depan rumahku. Tangannya melingkar memeluk kakinya yang ia tekuk. Wajahnya tak terlihat karena ia tundukkan tepat di atas lututnya. Sebuah pemandangan persis di TV yang menggambarkan tanda-tanda orang depresi. Kini aku menoleh ke arah ibu, sorot matanya memberi tahuku bahwa ia merasa sedih dan iba.

“Yo, tolong kasih dia makan, juga minum. Kasihan ... Dia haus.” ibuku berkata pelan sambil tetap menatapnya. “Hmm, tahu dari mana ibu bahwa ia haus dan lapar...” pikirku.

Baru saja aku ingin bangkit mendengar perintah ibuku. Tetapi baru setengah bangkit, sebuah kalimat susulan membuatku duduk lagi.“Tunggu disini, Yo ... Biar ibu saja yang ambilkan.” Setelah itu ibu masuk kedalam rumah.

Lakukan Dengan Hati

Kini hanya aku sendirian terduduk menatap wanita kumuh yang seperti orang depresi itu. Ia benar-benar tak menampakkan wajahnya. Tangannya yang melingkar itu tak berubah. Tangisnya pun tak berhenti. Aku melihat tubuhnya sedikit bergetar, mungkin karena ia menangis sampai sesungukkan. Ngeri juga batinku saat itu. Namun, hati kecilku tetap merasa kasihan padanya.

“Yo...” suara ibu memanggilku.

Aku masuk kedalam rumah dan kemudian keluar dengan membawa sepiring makanan dan segelas air. Ibu menyuruhku untuk memberikan makanan ini padanya. Tentu saja ini tidak begitu sulit bagiku.

Aku melangkahkan kakiku mendekatinya. Dan ketika aku sudah dekat dengannya, aku sangat kaget karena sebuah kejadian tiba-tiba terjadi. Wajahnya yang tertunduk itu tiba- tiba terangkat! Ia mengeluarkan suara-suara yang begitu aneh “Waoo! Waoo!” Dan tangannya tiba-tiba bergerak melambai seakan-akan ingin menarikku!

Waiyyaaa…!!! Otomatis aku meloncat mundur kebelakang karena sangat terkejut. Untung air dan makanannya tidak tumpah.

Setelah kejadian itu selesai ia tertunduk lagi seperti semula. “Wah, ngeselin..." pikirku.

Kini aku kembali menatapnya seperti semula. Yang kulihat pun adalah pemandangan yang sama. Aku mencoba berjalan lagi mendekatinya. Kali ini agak takut dan ragu-ragu. Dan sekali lagi…

Waiyyaaa...!!! Aku mundur lagi karena ia mengulang kejadian yang sama sambil mengeluarkan suara yang bagiku menakutkan. Dan kau tahu sahabat, berkali-kali aku mendekatinya, dan berkali-kali juga kejadian itu terulang.

Aku berdiri mencari ide agar bagaimana tugas ini selesai. Tik tok tik tok ... Aha!

Aku berjalan mengendap-endap pelan. Kali ini aku mendekatinya dari samping. Pelan-pelan, dan kali ini lebih berhati-hati. Napasku kutahan. Mataku tak lepas dari memandangnya karena aku sangat waspada. Perlahan-lahan ... sedikit lagi, pikirku. Dan ketika aku merasa sudah agak dekat, kuletakkan piring dan gelas itu di sampingnya. Lalu aku mengendap-endap menjauh. Dan ... Ya, selesai! Aku sukses!

Aku menghembuskan nafas lega setelah kupikir semua beres. Aku tersenyum lebar. Haha, salah satu tantangan besar dalam hidup ini berhasil kulewati, pikirku.

Namun aku salah, ketika aku berdiri memandangnya, semua sama persis seperti semula; seorang wanita kumuh sedang duduk tertunduk diam dengan background tembok tua yang lusuh. Hanya saja kali ini di sampingnya, hm ... Maksudku agak jauh di sampingnya; terdapat segelas air dan sepiring nasi yang tadi kuletakkan.

Senyum yang tadi tersungging di bibirku pun perlahan pudar. Aku sadar, misi ini telah gagal. Aku tidak memberinya makan dan minum, tetapi hanya meletakkan makanan dan minuman itu di sampingnya. Maksudku, agak jauh di sampingnya. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi, kecuali...

“Mama...” Aku merengek memanggil ibu. Aku sadar aku telah kalah.

Ibuku keluar tak lama setelah mendengar rengekkanku. “Ada apa?” tanyanya. Aku tak menjawab. Ibu hanya menatapku dan menatap keadaan sekitar. Sepertinya ia sadar apa yang telah terjadi. Kemudian ia bergumam kecil, “Hm ... Ya sudah, nggak apa-apa.”

Ibu berjalan kearah wanita itu tanpa rasa takut sama sekali. Justru aku yang kini berdiam, malah tetap digandrungi rasa takut. Aku takut karena telah mencoba mendekatinya dan mendapatkan sebuah kejadian. Hanya saja ibu belum tahu.

Ibu semakin dekat dengannya. Aku cemas. Aku tahu apa yang akan terjadi. Dan itu benar!

“Waoo! Waoo!” Lagi-lagi kepala wanita gila itu terangkat. Tangannya diulur seakan ingin menakut-nakuti ibuku sambil ia mengeluarkan suara yang aneh-aneh.

Ibuku sedikit terkejut layaknya aku. Tapi sikapnya berbeda denganku, ia tetap berjalan mendekati wanita itu. Ia raih tangan wanita itu, lalu dikendalikannya perlahan. Ibu mengelus kepalanya. “Sini sayang ... nggak apa-apa.” Ibuku bersikap lembut dan tak terlihat sedikitpun rasa takut di matanya.

Perlahan wanita itu melemah. Ibuku mengambil segelas air yang kuletakkan tadi. Diberikannya kepada wanita itu, dan ia meminumnya. Lalu ibu mengambil sepiring makanan yang juga tadi kuletakkan. Awalnya disuapinya wanita itu oleh ibu beberapa suapan. Namun setelah itu ibu mengajarinya untuk makan sendiri. Setelah ia makan sendiri, beberapa saat kemudian ibu pergi masuk kerumah untuk melanjutkan pekerjaannya. Dan sebelum masuk rumah, ia tersenyum padaku.

Kini yang kulihat adalah pemandangan yang berbeda dari sebelumya; seorang wanita kumal sedang menikmati sepiring makanan--yang diberikan ibuku, dengan segelas air berada di depannya. Aku memang tak begitu jelas melihat senyumnya, tapi aku tahu dan aku yakin, ia lebih bahagia dari sebelumnya.

Luar biasa. Hari itu ibu mengajariku suatu pelajaran, yang aku baru sadar dan mempelajarinya beberapa tahun kemudian setelah tumbuh dewasa. Ibu mengajarkanku tentang kasih sayang dan bagaimana berbuat dengan hati.

Aku baru menyadari, dari mana ibu tahu bahwa wanita itu kelaparan, ia melihatnya dengan hati. Aku tahu bagaimana ia menyadari keadaan setelah aku merengek, ia merasakannya dengan hati. Dan aku tahu mengapa wanita itu melembut tanpa ibu mengucapkan sepatah katapun kepadanya. Ya, sebenarnya ibu berbicara kepadanya—hanya saja lewat hati.

Hati mengalahkan segala keburukan. Ia adalah telaga bagi tanah yang gersang. Ia mengalahkan rasa takut, ragu-ragu, dan rasa benci. Ia adalah hijauan bagi sebuah kehidupan.

Indramayu, 2013.

Bagikanlah hal-hal bermanfaat kepada sahabat atau keluarga Anda... :)

Sabtu, 02 Juli 2016

Hari Ulang Tahunmu

Tags
Lihatlah mawar, merpati, dan senjanya langit sore hari. Kecantikan adalah kepunyaannya, keindahan sangatlah dikuasainya. Bagi surya, mereka adalah anugerah, lambang segala macam indah rupa. Merekalah raja perkara jelita. Namun takkan sanggup untuk suatu hal yang mungkin biasa. Pasti gagal. Benar-benar gagal, jika mencoba lambangkan eloknya dirimu.

Lihatlah bakau, karang, dan gunung yg menampung segala macam muatan. Bukankah mereka berlimpah akan kekuatan? Bakau sanggup menahan amukan laut, karang berdiri siang dan malam, gunung menjadi pasak tanah yang kita pijak. Tapi imanilah! Percayalah! Karena nyatanya, engkau lebih perkasa dari mereka.

Bersyukurlah dalam setiap hal yang kau rasakan, maka kebahagian kan senantiasa datang. Ketika bintang-bintang gemerlapan diatas ubunmu, syukurilah pesona itu. Bahkan ketika engkau di tengah gelapnya malam, sadarlah Tuhan tetap menghibah nikmat-Nya untukmu.

Dalamnya harapku yang selalu membuatmu hadir dalam setiap doa. Cintalah yang menciptakan senyum kala aku disiksa rindu. Dan rasa tulus. Ia yang membuatku setia meski ragamu tak bersamaku.

Usiamu kini bukanlah usiamu dahulu. Ketika detik waktu tak pernah pedulikanmu, saat itu jua dekatlah engkau dengan hari tua. Tak ada cara yang lebih baik selain melewatinya dengan rasa syukur, bahagia, dan cinta. Karena pintu keindahan hidup adalah mereka.

Yakni harapku, damai, bahagia, dan sejahtera bersamamu. Jagalah dirimu agar sehat menjadi dekat. Bekerjalah dengan giat, agar sejahtera mampu kau dapat.

Hari ini, tepat hari kelahiranmu beberapa tahun lalu, ketika engkau menangis sedang sekitarmu tertawa ria, kuucap suatu hal yang mungkin telah biasa:

"Selamat Ulang Tahun ... Raihlah citamu. Indahkanlah hidupmu. Syukurilah usiamu. Semoga Tuhan berkasih memberi kebaikan yang kau inginkan. Semoga engkau dimurahkan umur yang panjang."

Indramayu, 15/4/2015.

Hari Ulang Tahunmu

Ikhlas...

Tags
Oleh: Nafissa Kassam

Mencintai hati akan terasa makna cinta sejati
Ketulusan cinta membuat semua menjadi indah

Tetapi...

Ketika ketulusan cinta tak terbalas cinta
Ketika kenyataan berbeda dengan harapan

Hati ini rapuh...

Mungkin ini kasih sayang-Mu
Aku bukan tulang rusuknya

Cinta tak harus memiliki
Rencana-Mu pastilah indah

Aku ikhlas..
Aku ikhlas karena-Mu ya Allah..

Garut, 2013.

Ikhlas...

Mengapa Rezekiku Tidak Bertambah?

Di dunia ini, ada sebagian orang yang tidak bersyukur atas apa yang ia telah dapatkan. Wajarlah, ketika pengangguran, dia butuh pekerjaan. Setelah dapat pekerjaan, ingin jadi pengusaha. Sudah berpenghasilan jutaan, ia mau milyaran. Sudah milyaran, ia ingin trilyunan. Dan seterusnya seperti itu, tidak akan pernah sampai pada ujungnya.

Apakah itu salah?

Tidak! Justru itu baik dan memang seharusnya seperti itu. "Barang siapa yang hari ini sama seperti kemarin, maka merugilah ia (HR Hakim)." Begitu kiranya bunyi sabda panutan kita; Rasulullah Muhammad saw.

Lantas, apa yang salah dari pengangguran sampai trilyunan tadi? Semoga Anda menangkap maksud cerita ini.

Alkisah terdapat seorang pemuda  yang bertugas menjaga kios toko milik tetangga. Dari sana ia memperoleh penghasilan untuk mencukupi kehidupannya, dan sampai akhirnya mampu membeli kios baru untuk mendirikan toko sendiri.

Ia lalu berusaha dengan giat dan berhasil mengembangkan bisnisnya. Kiosnya semakin hari semakin bertambah. Bermula dari satu, dua, tiga ... lalu puluhan, dan setiap bulan bertambah hingga kini ia telah memiliki 99 kios sebagai bisnisnya. Ia menjelma sebagai pemuda mapan dan kaya.

Pemuda itu terus menaikkan tergetnya. dan keinginannya kali ini adalah ia harus bisa memiliki 100 kios! Ya, 100 kios! Ia tertarik dengan kios milik temannya yang ada di pusat kota dan berniat untuk membeli kios tersebut. Setelah melakukan penawaran, ternyata temannya menolak. Pantang mundur, ia lalu memberikan penawaran yang lebih besar lagi. Ternyata temannya menolak lagi. Tidak menyerah, ia lalu menambahkan bonus, harga yang lebih besar, iming-iming liburan, dan macam-macam. Lalu temannya menjawab, "Maaf, aku dan keluarga sudah nyaman di sini dan kami pikir tidak akan berpindah lagi." Intinya sang teman tetap menolak.

Ia terus berpikir dan mengerahkan kemampuannya untuk mendapatkan kios itu. Begitu fokusnya ia pada satu kios, kiosnya yang lain tidak terurus dan sedikit demi sedikit tutup. Ia masih menginginkan kios itu hingga kiosnya yang tutup terus bertambah setiap minggunya. Sampai suatu saat ia sadar bahwa sebagian besar bisnisnya telah mati, yang ia miliki sudah semakin habis, dan apa yang diinginkannya terkerat pupus...

Naudzu billahi min dzalik ... Demikianlah ceritanya.

Kufur nikmat membuat manusia tidak mencintai apa yang ia miliki dan senantiasa mengharapkan apa yang orang lain punyai. 

Mungkin kita pernah mengeluh, "Andai saja rumahku banyak dan besar-besar seperti si Fulan...." Si saat seperti itu, apakah kita sadar bahwa masih banyak saudara kita yang bahkan rumah pun masih tidak ada? Maka, sebelum bertanya 'Mengapa rezekiku tidak bertambah?' Alangkah baiknya jika terlebih dulu kita berpikir, 'Apakah aku sudah bersyukur terhadap apa yang  kupunyai?' Karena janji Allah akan menambah rezeki jika kita bersyukur, dan akan memberi azab jika kita kufur.

Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim ayat 7: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Begitulah ... Bersyukur itu atas apa yang sudah ada, bukan apa yang seandainya ada.

Bersyukurlah...

Baginda Rasulullah Muhammad saw juga berkata, "Lihatlah kepada siapa yang lebih rendah darimu, dan jangan lihat siapa yang lebih atas darimu (dalam urusan harta dan dunia). Demikian itu lebih pantas bagimu agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu." (HR Bukhori dan Muslim)

Ketika mengingikan mobil, "Adakah orang lain yang tak memiliki kendaraan?"
Ketika hendak makan, "Adakah saudaraku yang masih kelaparan?"
Dan ketika menginginkan sesuatu yang baru, "Adakah orang lain yang belum punya hal ini? Sudahkah aku memaksimalkan apa yang ada?"

Selama kita bersyukur, Insya Allah tidak ada kata kekurangan. Rezeki kita tercukupi karena kebutuhan jiwa terpenuhi.

Indramayu, 24/2/2016.

Silakan share ... Semoga bermanfaat.

Mengapa Aku Tak Kunjung Dewasa

Tags
Tidak sedikit orang yang telah berusia dewasa tetapi mengeluh perihal tingkah laku mereka yang belum mendewasa. Terusik dihatinya, "Mengapa aku berbuat salah? Seperti anak kecil saja..."

Kapan Aku Dewasa

Kesalahan yang berulang-ulang membuat batin mereka gusar. Melakukan pekerjaan, lalu berbuat salah. Coba memperbaiki, kemudian salah lagi. Taubat lagi, berdosa lagi. Kondisi yang demikian memunculkan suatu pertanyaan dalam hatinya: "Mengapa aku tak kunjung dewasa?"

Yang perlu kita pahami sebenarnya adalah tidak ada kesalahan dari orang yang yang berbuat salah. Karena jika ia belum tahu atau mengerti, maka ia berhak mendapatkan keringanan atau pemaafan. Dalam hal ini berarti memang perbuatannya yang salah, bukan orangnya yang salah.

Kesalahan yang sebenarnya itu terletak pada apa yang ia lakukan setelah ia berbuat salah. Dan tindakan yang paling tepat adalah dengan segera memperbaiki diri. Jika kita berbuat salah karena belum tahu ilmunya, maka cari tahulah sampai kita benar-benar paham. Bukan masa bodoh dan acuh dari hal tersebut.

Sahabat, yang harus kita perbaiki tentang kedewasaan adalah pemikiran kita dalam mendefenisikan bahwa dewasa itu bukanlah kondisi seseorang mencapai tingkat tidak pernah berbuat salah.

Sebenarnya dewasa itu tetap saja berbuat salah. Maka, janganlah gusar ketika kamu berbuat salah. Gelisahlah ketika kamu tidak segera memperbaiki diri. Karena yang harus kita pahami yaitu:

"Kedewasaan yang sesungguhnya adalah pendewasaan dengan selalu memperbaiki diri"

Marilah selalu memperbaiki diri, saling menasihati dalam hal kebenaran serta kesabaran, dan jika menemukan hal-hal yang bermanfaat baik barang, jasa, maupun sekedar informasi, janganlah ragu untuk berbagi.

Indramayu, 12/3/2016.

Jumat, 01 Juli 2016

Cara Mengatasi Akun Facebook yang Terkena Phishing atau Spam

Tags
Beberapa hari lalu saya pernah nemu komentar di fb, "Mau tahu siapa yang lihat profile fb kamu? klik www.(namablog)..." Terus saya klik situs/blog itu. Namanya juga iseng....

Ternyata saya dibo'ongin, tetep aja hasilnya nggak tahu siapa yang liat profile fb saya. Malah musibah yang datang...

Hari ini (3 mei 16), saya menemukan akun fb saya sendiri melakukan suatu aktivitas di luar kehendak saya. Akun saya ngomen di mana-mana, ada di status orang, ada di grub fb, macem-macemlah. Komennya persis sama ketika saya menemukan situs/blog itu, "Mau tahu siapa yang lihat profile fb kamu? klik www.(namablog)..."

Bagi temen-temen yang sempet lihat itu komenan saya, mohon maaf udah bikin spam. Saya pribadi terganggu apalagi temen-temen yang dapet komenan itu. Tapi tenang, itu semua udah saya hapus. Paling cuma bertahan beberapa menit.

Setelah menyadari kejadian itu, saya langsung googling cara mengamankan akun fb, dan lebih memerhatikan nasihat fb kepada saya perihal keamanan akun. Begitu saya tahu kalo saya nyebar spam, semuanya langsung saya atasi.

Saya baru tahu, ternyata begitu tho kejadiannya. Pantes, banyak spam orang nyebar link-link porno di fb. Jangan-jangan kejadiannya sama kaya saya.

Nasihat saya untuk temen-temen, kalo menemukan link aneh-aneh di fb, jangan asal klik. Kita harus hati-hati. Bisa aja itu yang nanti akan menyebabkan phishing alias spam di akun fb kita.

Cukuplah kejadian saya jadi pelajaran. Meskipun spam kita isinya ceramah kebaikan, tetep aja kalo komen di mana-mana dan di tempat yang nggak tepat, komen itu bakal jadi sesuatu yang merisaukan. Apalagi kalo nyebarnya link-link porno dan hal-hal yang di luar dugaan. Ya nggak?

Nah, sekarang....

Kalo akun fb kita udah kena phising alias spaming, apa yang harus kita lakukan?

=> Langkah 1: Temen-temen bisa hapus aktivitas spamming tersebut lewat log aktivitas

Caranya pergi ke profile, habis itu klik log aktivitas, terus hapus aktivitas-aktivitas spamming yang ngggak pernah dilakuin, tapi muncul di situ.
Step 1: Buka profile dan pergi ke log aktivitas

Step 2: Hapus semua aktivitas yang mencurigakan

=> Langkah 2: Temen-temen bisa setting biar setiap orang yang menandai kita, harus kita ketahui

Temen-temen bisa pergi ke menu pengaturan, habis itu pilih pengaturan kronologi dan penanda. Terus setting deh, ada tulisan "Tinjau lebih dahulu orang yang menandai Anda" Nah, kita bisa klik di situ.
Step 1: Buka pengaturan akun

Step 2: Sunting tinjauan kronologi agar "menyala"

Ini fungsinya biar sebelum kita ditandai di suatu kiriman, kita bisa ngecek-ngecek dulu kirimannya. Kalo itu temen kita sendiri dan kirimannya oke, tinggal pilih izinkan. Tapi kalo ternyata kita ditandai di spam konten aneh bin nggak bener, kita pilih jangan izinkan.

Oke itu aja temen-temen ... Kalo tulisan ini dirasa bermanfaat, monggo atuh dishare ke sahabat yang lain. Trims...

Indramayu, 3/5/2016.

Surat Untuk Seorang Teman

Tags
Sinar matahari menyelinap keluar dari balik kumpulan awan. Selaras dengan dahan pohon yang bergoyang mengikuti syahdunya nyanyian bebas burung-burung. Cerahnya hari itu sudah mulai terasa. Tampak sebuah bangunan megah, rindang dengan pohon-pohonnya berdiri kokoh di tengah sawah dan suasana kampung. Angin kecil bergerak lambat di sepanjang lorong-lorong bangunan itu. Rendah riuh suara anak-anak dan dewasa terdengar ramai. Terlihat senyum bahagia menghiasi wajah mereka. Demikianlah hari pertama mereka kembali ke sekolah setelah bernikmat dalam sebuah libur yang panjang.

"Eh, ada anak baru tahu di 6-c03!" papar seorang teman. Juli, 2006, kami menginjak level sekolah yang baru--6 MI.
"Oh ... Siapa namanya?" responku singkat.
"Enggak tau deh ... Cewe, kecil, kayaknya pendiem."
"Oh, begitu...." Cukup mendengar kabar saja. Aku tak terlalu memedulikan anak baru itu. "Ya udah biarin, ayo lanjut main lagi."

****

Dan satu semester pun terlewati....

Kini topik utama pembicaraan kami tidak hanya soal liburan. Ada topik baru yang lebih panas sehingga menjadi buah bibir para guru maupun murid. Inilah pembahasan mengenai hasil dari proses pembelajaran yang telah berjalan. Inilah gengsi sekolah dalam dunia pendidikan. Inilah bukti seorang pelajar serius atau lalai dalam persaingan. Topik utama kali ini: 'ranking dan nilai para murid'. Sebuah topik baru yang tengah menguasai pasar bahasan orang-orang di sekolah kami. Maklum, baru kemarin diumumkan murid-murid yang menjadi johan angkatan. Wajar saja tema itu menjadi nomor satu. Tapi siapa sangka, terselip sebutir cerita tentang anak itu pada bahasan kali ini. Seseorang yang sebelumnya aku tak terlalu berminat mengenalnya, kini mau tak au aku pasti tahu. Sekonyong-konyong, dia, seorang perempuan kecil yang pendiam dan pemalu itu berhasil memasukkan namanya ke dalam daftar murid terpintar di angkatan kami. Hanya dalam satu semester, ia mampu merebut posisi tiga dari kurang lebih tiga ratus anak yang ada di kelas enam! Waw! Ini kisah heboh! seorang anak yang tidak pernah dibahas, sekejab menjadi sorotan utama di antara anak-anak baru yang lain. Saat itulah aku mulai mengenalnya. Namanya tiba-tiba mencuat dalam tempo yang relatif singkat.

Untuk saat itu harus kuakui, dia anak yang pintar. Tapi kondisi bisa berubah. Mungkin saja ini hanya kebetulan, ia tertimpa keberuntungan sesaat yang nantinya akan hilang juga. Tak ada yang dapat menutup kemungkinan bahwa di semester-semester berikutnya ia akan menduduki peringkat anak-anak terbelakang. Kita lihat saja bagaimana selanjutnya.

****

"Yo, cepet bangun! Ijtima' divisi pendidikan sekarang!" seorang teman pengganggu membangunkan tidurku yang sudah mulai lelap.

"Perlahan aku mulai sadar dan membuka mata. Mengangkat kepala, lalu menengok ke arahnya. "Et ... dah. Ijtima' apaan si?" balasku malas.

"Ijtima' marhalah divisi pendidikan. Ente kan bagian pendidikan juga. Ayo cepet jalan bareng ane!" Kata-kata yang tidak enak didengar--bagiku: seseorang yang baru saja bangun tidur, apalagi karena dibangunkan.

Aku masih diam berusaha untuk mengumpulkan nyawa. Ini seperti badai buruk. Waktu rehat kelas yang seharusnya menjadi jam tidur tambahan harus kurelakan karena kewajiban menghadiri ijtima'. Sambil mengulet, mau tak mau, "Emh ... iya dah. Sebentar, ane cuci muka dulu."

****

2011, kami tengah menduduki kelas sebelas saat itu. MA ini menjadi pilihanku untuk melanjutkan pendidikan setelah mengenyam MI dan MTs di tempat yang sama.

Adalah level kelas sebelas, masuk ke dalam kategori senior yang sudah harus terbentuk marhalah di dalamnya. Marhalah merupakan sebutan bagi organisasi di sekolah kami yang mengurus perihal angkatan. Seperti organisasi lain pada umumnya, marhalah memiliki ketua, sekertaris, divisi keuangan, divisi ekonomi, dan divisi lainnya. Tersebutlah di antaranya divisi pendidikan di mana aku menjadi anggota. Entahlah, aku tak pernah ingat mengapa bisa masuk ke dalam bagian itu. Bagiku itu bukan masalah besar. Dan aku sering melupakan hal-hal kecil yang sekiranya tidak terlalu penting.

Selang beberapa menit kemudian aku dan seorang 'teman pengganggu tidur' sudah berjalan bersama menuju aula, tempat di mana Ijtima' dilaksanakan. Siang itu, dia yang memimpin Ijtima'. Perempuan kecil itu kini berubah menjadi seorang gadis setengah dewasa. Bermacam kepintaran tetap menempel di kepalanya. Ia selalu sukses menorehkan namanya sebagai johan angkatan hampir di setiap semester. Mungkin itulah alasan mengapa ia terpilih sebagai ketua divisi pendidikan marhalah. Pernah aku berpikir dalam hati: sepertinya, kepintaran yang begitu setia bersamanya telah menjadikan ia sebagai orang yang setia juga. Dan sampai saat itu, ia tetap sama karena sebuah kesetiaan. Ia setia kepada sifat malu dan diamnya. Persis seperti lima tahun silam ketika pertama kali menginjakkan kaki di sekolah ini.

Begitulah kisahnya. Sudah lima tahun kami berada di sekolah yang sama. Lulus dari kelas enam MI, lalu memilih lanjutan tahapan akademik di MTs dan MA yang sama. Hampir semuanya sama. Ia masih dan tetap pintar. Sedangkan aku? Entahalah. Aku tak mampu menjawab pertanyaan itu.

Jarum panjang telah melewati enam angka yang berbaris melengkung--tiga puluh menit terlewati. Ijtima' pun usai. Orang-orang meninggalkan tempat ijtima' dengan berbagai raut di wajah mereka. Beberapa tertawa, beberapa biasa, dan sebagian kecil tampak lesu. Hm ... wajah lesu. Mungkin tugas mereka bertambah karena ijtima' itu. Aku diam seribu kata melirik mereka. Tak peduli--karena aku hanya memerhatikan diri sendiri.

Haha, aku senang ijtima' ini berakhir. Kuhembuskan nafas-nafas kebahagiaan. Tak pernah ku ingin tahu apa yang bisa kuperoleh dari pertemuan itu. Pikiranku menerawang ke atas rasa senang karena bisa melanjutkan sesi tidur yang tertunda.

Saatnya menikmati meja dan kursi sekolah yang nyaman. Mataku mulai terpejam, kuatur nafas agar lebih tenang meski sedikit terdengar bingar suara guru menjelaskan dan teman-teman yang asyik bercanda. Ada juga beberapa yang bertanya serius menimpali omongan sang guru. Dalam kondisi seperti itu, aku fokus mengatur nafas, meletakkan kepala di tempat yang paling nikmat, memosisikan badan serileks mungkin, mencoba tuli terhadap bising-bising kecil, dan siap tidur di tengah pelajaran yang sedang berlangsung. Ah ... Aku pasti bermimpi. Entah kemana mimpi itu membawaku pergi.

****

Pagi ini, seperti beberapa tahun lalu--cerah. Salah satu pagi indah pada Juli 2015. Tenang dan menenangkan. Udara pagi mulai berganti dari dingin ke hangat. Sekelompok jalak, kutilang, kacer, cendet, perkutut, dan saudara-saudaranya bersaut-saut bak paduan suara tingkat dunia. Inilah salah satu kelebihan lingkunganku, makhluk bersuara emas itu bebas menjalani hidupnya. Memang seharusnya seperti ini, siulan indah itu bukan berasal dari paksa. Bagiku, alunan mereka adalah pembangkit keceriaan. Terlebih jika dipadu dengan pemandangan hijau yang manjakan mata. Kulihat padi-padi subur juga pepohonan sang penebar udara kehidupan, ah ... Pagi yang benar-benar indah.

Sayang, kopiku habis sejak dua hari lalu. Tapi tidak masalah, pagi ini sudah ada pengganti yang lebih nikmat dari kopi. Pengganti kopi ini adalah pekerjaan yang jarang sekali ada. Alih-alih pahitnya kopi, pekerjaan ini terasa manis--chatting dengan seorang teman lama.

"Apa kabar?" tanyaku.

"Baik."

Hm ... Sebuah jawaban singkat yang langsung pada intinya.
"Bagaimana kuliahmu?" lanjutku.

"Alhamdulillah, semua berjalan seperti biasa."

Kira-kira begitulah obrolan singkat kami berlangsung. Obrolan yang tidak terlalu penting. Bisa dibilang basa-basi yang sudah basi. Itulah obrolan yang tidak berpengaruh besar bagi hidupku juga hidupnya. Tapi ada satu hal yang bisa dikata istimewa--bagiku. Chatting itu adalah antara aku dan dirinya. Ya, dia. Wanita kecil yang pendiam, pemalu, dan pintar itu.
sudah lama aku menyadari bahwa dia pintar bukan karena mukjizat yang sekonyong-konyong ada. Bukan karena dari lahir sudah pintar.

Kepintaran tidak berasal dari bakat alam dan membela orang-orang yang beruntung. Aku tahu, semua itu terjadi karena ia berusaha. Ia bekerja keras dan sanggup berkomitmen dengan keinginannya. Tidak sedikit tenaga, waktu, dan hal-hal lain yang harus ia korbankan untuk bisa terus belajar walau mungkin banyak hambatan yang menuntut.
Tiba-tiba saja aku teringat masa lalu. Beberapa tahun silam ketika aku duduk di bangku kelas enam. Dimana anak itu menjadi topik utama karena kepintarannya yang muncul tiba-tiba. Si pendiam dan pemalu itu telah membuat kami penasaran. Saat itu, aku bertanya pada salah seorang teman, "Eh, tahu gak anak baru yang di 6-c03 itu, dia jadi johan ya ... Siapa namanya?"

Disebutlah olehnya nama itu--namamu.

****

Surat untuk seorang teman

Agustus, 2015...

Hei, selamat bertemu dalam surat! Apapun kondisimu, aku berharap engkau akan lebih baik dari pada kondisimu yang sekarang. Jujur, aku amat bahagia karena bisa menyampaikan salam langsung untukmu; tanpa perantara orang lain. Walaupun itu hanya lewat surat/ tulisan. Ya ... Sekedar menyampaikan perasaan saja.... Aku juga berdo'a semoga engkau berlimpah dengan segala kebahagiaan.

Entah apa pekerjaanmu sekarang, aku yakin di dalam hati, apapun yang engkau lakukan saat ini adalah pekerjaan yang engkau amat mencintainya.

Tujuh tahun bersamamu dalam sekolah yang sama; memaksaku untuk mengakui bahwa engkau adalah seseorang yang cukup pintar--setidaknya jika dibandingkan dengan aku dulu yang pemalas. Selama tujuh tahun berjalan, tak sedikitpun aku mampu bersaing. Kini, aku sadar--terimakasih, Teman. Meski tersirat, perjuanganmu telah mengajariku. Dan aku sudah tergerak untuk menjadi pribadi yang lebih giat.

Aku paham, kita tidak terlalu akrab dan menghabiskan waktu bersama di masa lalu. Tentu saja karena berbagai macam alasan; lingkungan kita yang berbeda, hobi yang tak sama, peraturan yang ditetapkan, terlebih aku laki-laki dan kau perempuan. Tapi aku berterima kasih dan bersyukur pernah mengenalmu. Aku senang engkau ada dalam cerita hidupku. Mungkin jika malaikat bertanya, "Sebutkan apa saja hal yang baik dalam hidupmu?" Kan kujawab tanpa ragu: aku pernah mengenalmu.

Teman; demikianlah sebutanku terhadapmu, kamu terhadapku. Setiap orang memiliki makna tersendiri terhadap kata itu. Namun, tahukah kamu apa arti "teman" bagiku?

Teman adalah seseorang yang pernah bersama dalam kehidupan nyata, adalah seseorang yang berada dalam hati--meski fisik tak bersama, adalah seseorang yang memberikan kebahagiaan baik langsung maupun tersirat, adalah seseorang yang memberikan pelajaran sehingga membuat pribadi lain menjadi makhluk yang lebih baik. itulah teman.

Bagiku teman memiliki makna yang luas. Satu saja syarat sudah terpenuhi dari apa yang sudah kusebutkan diatas, maka dialah "teman." Seorang istri adalah teman hidup bagi suaminya. Tak perlu ditanya mengapa; sang istri menemaninya ketika kesepian, melayaninya ketika butuh, menghiburnya ketika pilu, mengingatkannya ketika lupa, memberikan kebahagiaan kepadanya, membantu urusan-urusannya, dan segala macam alasan yang membuat kita lelah jika menyebutkan semuanya. Seorang penjahat pun merupakan teman bagi polisi. karena penjahat memaksa polisi agar lebih waspada, lebih cekatan, lebih aktif, dan lebih giat memikirkan cara yang efektif untuk mewujudkan kemanan masyarakat. Penjahat--secara tak langsung--mengajari polisi untuk bertindak ke arah yang lebih baik. Penjahat juga memberi efek baik untuk polisi karena mereka menegur polisi agar selalu mengevaluasi diri sehingga memiliki banyak kemajuan.

Teman bisa menjadi sesuatu yang buruk atau sesuatu yang baik tergantung dari hati kita memaknainya. Bagaimana pun cara orang lain mengartikan teman, aku memiliki caraku sendiri.
Selanjutnya, ada yang ingin kusampaikan. Aku mohon izin untuk menjelaskan dirimu; tentu saja berdasarkan pandanganku. Bukan untuk memuji atau mencela. Aku hanya ingin hal ini menjadi evaluasi kita agar bisa tergerak menjadi pribadi yang lebih mulia. Perhatikanlah, ini merupakan pesan dari teman untuk teman. Inilah pandanganku, entah engkau terima atau tidak, aku hanya menyampaikan, bukan meminta tanggapan.

Disebutlah olehnya nama itu--namamu.

Temanku,

Engkau adalah seseorang yang cukup baik. Berjalan pada jalan yang tepat--Jalan Allah, walau mungkin pernah terpeleset dari jalur. Itu wajar, karena pada dasarnya manusia adalah salah. Engkau juga orang yang bersungguh-sungguh terhadap suatu hal. Aku melihat sikap bertanggung jawab dari dirimu. Ketika kau pelajar, maka engkau akan belajar. Ketika kau mendapat tugas, engkau akan mengerjakannya karena itu kewajiban. Ketika engkau gagal, maka engkau akan mencoba lagi. Engkau rela berpayah untuk mencapai suatu hal--itu yang ingin aku tiru.

Aku tahu, terkadang sikap kanak-kanakmu timbul di saat yang tidak kau inginkan. Tapi kau mencoba tetap tegar menyembunyikan sikap aslimu yang lucu itu. Dulu, aku sering melihatmu mencoba berani, walau (aku tahu) kau takut. Engkau mungkin seperti orang yang terlihat gagah, tapi aku menemukan gemetar di hatimu. Kadang juga engkau tak mampu mengolah malu dan diam itu, lalu membuat sebuah kesalahan. Dan setelah kejadian itu usai engkau berucap dalam hati, "Haduh ... Kenapa sih tadi aku kaya gitu...." Haha, itulah dirimu--dulu. Aku yakin kini kau telah berubah.

Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari seorang teman, salah satunya adalah pandangan. aku paham kau adalah seorang pemerhati yang baik; mungkin. Engkau sadar dengan kondisi lingkunganmu. Misalnya, engkau tahu ciri-ciri temanmu. Jika si A mendapatkan kondisi yang begini-begini, maka reaksi A akan begitu-begitu. A tidak terlalu bisa dalam hal membaca Al-Qur'an, tapi mengapa ia tidak berusaha untuk menjadi bisa? Oh ... Mungkin kejadian yang begini-begini telah melatarbelakangi hidupnya sehingga ia belum mau berusaha untuk mendapatkan yang terbaik baginya. Ya, begitulah kira-kira. Ketika engkau heran terhadap suatu hal, engkau akan mencari sejarah (sebab)-nya. begitulah seorang pemerhati dan kau seorang pemerhati.

Terkadang, walau tidak mencari sebabnya, minimal kau tahu, telah terjadi kerusakan di sebelah sini, kerusakan juga di sebelah sana, tapi terjadi kenaikan kualitas di sebelah situ. Itulah yang akan memunculkan pertanyaan selanjutnya. Mengapa bisa terjadi demikian? Mengapa sebelah situ berbeda dari yang lain? Apa yang membuat sebelah sini dan sana rusak? Bagaimana jika kondisi di sebelah situ diterapkan di sebelah sini dan sana? Apa yang membuatnya mungkin dan apa yang membuatnya tidak mungkin?

Menurutku, aku juga seorang pemerhati. Ya ... sedikitlah.... Dan aku pikir semua orang adalah pemerhati. Hanya objek, cara, dan kadarnya saja yang berbeda-beda. Begitulah, semua orang dapat memiliki pandangan yang berbeda-beda terhadap suatu hal yang juga berbeda-beda. Lalu, bagaimana pendapatmu terhadapku? Hahay, mungkin suatu hal yang menarik jika kita bisa saling bertukar pandangan.

Oke, aku lanjutkan.

Bagiku, engkau merupakan seorang penuntut ilmu yang baik--jika dibandingkan dengan orang yang tidak baik. Engkau sadar akan masa depan, juga senang menambah ilmu. Entah itu dengan membaca buku, diskusi, pengamatan lingkungan, atau media-media lain. Jika lebih dari satu itu berarti banyak, dengan tegas aku katakan bahwa banyak orang pintar yang tidak berakhlak sehingga menggunakan kepintarannya untuk berbuat kerusakan. Tapi engkau tidak. Aku percaya, engkaulah orang pintar yang menunjukkan kepada kebaikan.

Tapi kau tetaplah manusia biasa. Mungkin cukup baik bagiku, tapi jauh dari kata sempurna. Haha, kau lebih paham soal ini. Berhati-hatilah dengan godaan buruk yang membisikimu untuk beranjak ke jalan yang tidak seharusnya. Kita adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang selalu digoda.

Aku yakin, engkau terpilih menjadi seseorang yang akan membawa kebaikan bagi lingkungan sekitarmu. Amalkanlah ilmu dan bersatulah dengan orang-orang yang baik. Ketahuilah, engkau memiliki beberapa derajat. Janganlah kau hina orang yang lebih rendah darimu, perbaiki adab, dan jagalah pengetahuanmu. Ia akan bermanfaat untuk orang lain jika kau menggunakannya dengan bijak. jauhi kata lupa dan teruslah perbaiki diri. Dan ingat selalu ketika kau akan bertindak bahwa tindakan akan membawamu kepada hasil. Maka, berpikirlah sebelum bertindak, dan bertindaklah atas apa yang telah kau pikirkan. Aku tahu kau bukan pemalas tapi sifat itu pasti ada. Buanglah sifat malas sampai seperti engkau tak mengenalnya. Bermanfaatlah untuk lingkunganmu, indahkan tutur ucapmu, dan katakanlah kebenaran dengan bijak. Sesungguhnya menyebar kebaikan--seperti Rasulullah--tidaklah mudah. Ada pahit yang mungkin harus dirasa. Bersabarlah ketika engkau sedang merasakan pahit itu, berbuatlah sesuai porsimu, dan lakukanlah segalanya dengan tulus.

Surat ini menjadi salah satu media komunikasi kita yang tentu amat sangat jarang terjalin. Aku berharap suatu hari kita bisa bertemu ketika sudah menjadi orang-orang yang terpilih. Maka, sekaranglah saatnya mempersiapkan diri agar kita menjadi orang-orang pilihan.

Sudah dulu ya ... Ini saja isi suratku. Ada sedikit cerita, sedikit kesan, dan sedikit pesan. Akhir kata, banyak kesalahan yang pernah kulakukan terhadapmu, mungkin saja. Maafkanlah segala khilaf, barang kali pernah hatimu kecewa karena apa yang kau harapkan tidak kulakukan. kelemahan adalah berbuat salah, baik yang dikehendaki maupun yang tidak. Hapuskanlah goresan yang pernah kubuat. Maafkan aku.

Kau adalah salah satu teman yang hebat. Terimakasih telah memberikan banyak pelajaran untukku. Terimakasih, telah menjadi bagian indah dalam hidupku.

Indramayu, 2/8/2015.


Temanmu,
Setyo Waluyo (Masyo).


GLOSARIUM
Johan: Rangking atau peringkat
Ijtima': Sejenis pertemuan musyawarah atau rapat.

Mari Memperbanyak Teman di Dunia Nyata Maupun Maya

Awal mula menggunakan facebook (fb), saya tidak pernah like apapun, dan jarang sekali memberikan komen-komen apapun. Aktivitas yang saya lakukan di fb adalah tidak lebih dari sekedar bikin status. Dalam pemikiran saya, facebook hanyalah sebuah tren yang sudah menjamur di kalangan teman-teman. Dan artinya, jika saya tidak mengikuti tren tersebut, saya akan dianggap kuno dan ketingalan jaman.

Beranjak menjadi mahasiswa, aktivitas saya di fb menjadi lebih beragam. Saya mulai like dan komen, juga share-share hal lain yang kiranya bermanfaat untuk teman-teman. Mungkin karena saya juga sudah berpisah dengan teman-teman semenjak kami lulus. Sehingga hubungan kami hanya bisa dijalin melalui media komunikasi dan salah satunya adalah fb.

Ternyata, saat saya mulai berinteraksi, saya mulai merasakan nikmatnya menggunakan fb. Saya bisa menjalin hubungan dengan sahabat-sahabat tanpa harus bertatap muka langsung. Dan telah saya sadari bahwa fb bukan hanya menjadi sebuah tren yang menjamur, melainkan ianya adalah sebuah media/alat yang membantu kita berkomunikasi dengan banyak orang tanpa harus bertatap langsung dan bahkan bisa membantu kita mendokumentasikan apa-apa yang kita lakukan. Sehingga fb bukan hanya sebuah "iseng-isengan", tapi ia adalah "kebutuhan" (Ini menurut saya; tergantung bagaimana kepentingan orang itu terhadap fb).

Sejak saya kelas 12 (sekitar tahun 2013) hingga sekarang (17 Juni 2016), saya tidak pernah add teman di fb kecuali beberapa orang yang memang saya anggap istimewa. Saat itu teman saya di fb hanya sekitar 400-an, dan sekarang saya sudah memiliki teman lebih dari 2000 akun. Artinya ada sekitar 1600 yang meng-add saya untuk menjadi teman dan sudah saya konfirmasi.

Perbanyak teman di facebook
Jangan lupa add facebook saya sebagai teman ^_^

Dulu logika saya mengatakan bahwa orang-orang yang meng-add kita, merekalah yang memiliki respect kepada kita. Tapi sekarang saya memiliki pemikiran baru; bahwa dengan memiliki banyak teman (dalam hal ini adalah fb), kita bisa lebih banyak berinteraksi dan menyebarkan apa yang ada di pikiran kita--seperti gagasan/ide atau bahkan tanggapan kita terhadap suatu peristiwa, secara lebih cepat, kepada banyak orang, tanpa memperhitungkan apakah mereka yang meng-add kita atau kita yang meng-add mereka untuk menjadi teman.

Sebetulnya fb itu memiliki banyak fungsi tergantung siapa orangnya dan bagaimana ia menggunakan akun tersebut untuk kepentingannya. Fb bisa digunakan sebagai media bisnis/jualan, menjalin komunikasi/pertemanan, melakukan dakwah atau menyebar kebaikan, dll. Ust Felix Siauw adalah salah satu contoh orang yang telah memanfaatkan media sosial untuk kepentingan menyebar kebaikan.

Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak teman; baik dalam dunia nyata maupun dunia maya. Saya sendiri juga akan menambahkan orang-orang baru untuk dijadikan teman (fb). Karena fb mengizinkan kita memiliki teman sampai dengan 5000 akun. Dengan memiliki banyak teman, kita bisa menyampaikan gagasan kita ke lebih banyak orang. Jadi, marilah memperbanyak teman dan menggunakan media ini sebagaimana mestinya dengan menyebar dan berbagi kebaikan kepada sesama.

Ini sekedar pemikiran saya sendiri. Yang nggak setuju, nggak boleh share dan nggak boleh komen. Hehehe ... Ayuk share kebaikan yang banyak.

Indramayu, 17/6/2016.