Sabtu, 02 Juli 2016

Mengapa Rezekiku Tidak Bertambah?

Di dunia ini, ada sebagian orang yang tidak bersyukur atas apa yang ia telah dapatkan. Wajarlah, ketika pengangguran, dia butuh pekerjaan. Setelah dapat pekerjaan, ingin jadi pengusaha. Sudah berpenghasilan jutaan, ia mau milyaran. Sudah milyaran, ia ingin trilyunan. Dan seterusnya seperti itu, tidak akan pernah sampai pada ujungnya.

Apakah itu salah?

Tidak! Justru itu baik dan memang seharusnya seperti itu. "Barang siapa yang hari ini sama seperti kemarin, maka merugilah ia (HR Hakim)." Begitu kiranya bunyi sabda panutan kita; Rasulullah Muhammad saw.

Lantas, apa yang salah dari pengangguran sampai trilyunan tadi? Semoga Anda menangkap maksud cerita ini.

Alkisah terdapat seorang pemuda  yang bertugas menjaga kios toko milik tetangga. Dari sana ia memperoleh penghasilan untuk mencukupi kehidupannya, dan sampai akhirnya mampu membeli kios baru untuk mendirikan toko sendiri.

Ia lalu berusaha dengan giat dan berhasil mengembangkan bisnisnya. Kiosnya semakin hari semakin bertambah. Bermula dari satu, dua, tiga ... lalu puluhan, dan setiap bulan bertambah hingga kini ia telah memiliki 99 kios sebagai bisnisnya. Ia menjelma sebagai pemuda mapan dan kaya.

Pemuda itu terus menaikkan tergetnya. dan keinginannya kali ini adalah ia harus bisa memiliki 100 kios! Ya, 100 kios! Ia tertarik dengan kios milik temannya yang ada di pusat kota dan berniat untuk membeli kios tersebut. Setelah melakukan penawaran, ternyata temannya menolak. Pantang mundur, ia lalu memberikan penawaran yang lebih besar lagi. Ternyata temannya menolak lagi. Tidak menyerah, ia lalu menambahkan bonus, harga yang lebih besar, iming-iming liburan, dan macam-macam. Lalu temannya menjawab, "Maaf, aku dan keluarga sudah nyaman di sini dan kami pikir tidak akan berpindah lagi." Intinya sang teman tetap menolak.

Ia terus berpikir dan mengerahkan kemampuannya untuk mendapatkan kios itu. Begitu fokusnya ia pada satu kios, kiosnya yang lain tidak terurus dan sedikit demi sedikit tutup. Ia masih menginginkan kios itu hingga kiosnya yang tutup terus bertambah setiap minggunya. Sampai suatu saat ia sadar bahwa sebagian besar bisnisnya telah mati, yang ia miliki sudah semakin habis, dan apa yang diinginkannya terkerat pupus...

Naudzu billahi min dzalik ... Demikianlah ceritanya.

Kufur nikmat membuat manusia tidak mencintai apa yang ia miliki dan senantiasa mengharapkan apa yang orang lain punyai. 

Mungkin kita pernah mengeluh, "Andai saja rumahku banyak dan besar-besar seperti si Fulan...." Si saat seperti itu, apakah kita sadar bahwa masih banyak saudara kita yang bahkan rumah pun masih tidak ada? Maka, sebelum bertanya 'Mengapa rezekiku tidak bertambah?' Alangkah baiknya jika terlebih dulu kita berpikir, 'Apakah aku sudah bersyukur terhadap apa yang  kupunyai?' Karena janji Allah akan menambah rezeki jika kita bersyukur, dan akan memberi azab jika kita kufur.

Allah berfirman dalam Q.S. Ibrahim ayat 7: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Begitulah ... Bersyukur itu atas apa yang sudah ada, bukan apa yang seandainya ada.

Bersyukurlah...

Baginda Rasulullah Muhammad saw juga berkata, "Lihatlah kepada siapa yang lebih rendah darimu, dan jangan lihat siapa yang lebih atas darimu (dalam urusan harta dan dunia). Demikian itu lebih pantas bagimu agar kamu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu." (HR Bukhori dan Muslim)

Ketika mengingikan mobil, "Adakah orang lain yang tak memiliki kendaraan?"
Ketika hendak makan, "Adakah saudaraku yang masih kelaparan?"
Dan ketika menginginkan sesuatu yang baru, "Adakah orang lain yang belum punya hal ini? Sudahkah aku memaksimalkan apa yang ada?"

Selama kita bersyukur, Insya Allah tidak ada kata kekurangan. Rezeki kita tercukupi karena kebutuhan jiwa terpenuhi.

Indramayu, 24/2/2016.

Silakan share ... Semoga bermanfaat.

Biasa dipanggil Masyo. Adalah seorang Internet Marketer, Pelatih olahraga Hockey, dan Pendidik di Al-Zaytun International School. Mencintai dunia pendidikan, parenting, internet marketing, olahraga, musik, dan kepenulisan.

Terima kasih untuk komentar yang baik dan membangun...
EmoticonEmoticon